Perjalanan via Kereta Semarang-Surabaya

02.30


Rencana perjalanan malam itu dimulai ketika beberapa hari sebelumnya ummi telpon dan meminta anaknya untuk pulang sebentar. Mau tidak mau saya pun mengiyakan, karena memang ada kewajiban dengan adanya acara 1000 hari meninggalnya mbah perempuan saya.

Ternyata kali itu saya sedang tidak beruntung. Semua tiket kereta pada hari Jum’at menuju Kediri ataupun kota terdekat seperti Jombang dan Kertosono habis, sebelum akhirnya teringat kalau hari itu bertepatan dengan liburan Imlek. Sepertinya saya terlalu rajin kuliah, sampai lupa kalau ada tanggal merah. Hahaha..

Setelah terjadi beberapa perdebatan, diputuskan untuk transit di Surabaya dulu, mampir ke rumah paman yang berdomisili di kota tersebut. Baru kemudian meneruskan perjalanan ke Kediri bersama-sama.

Beberapa hari kemudian waktu pulang telah tiba. Kereta berangkat jam 3 pagi, tapi beberapa jam sebelumnya saya sudah ngerasa ‘senep’, sakit perut. Penyebabnya antara Semarang yang mendadak berubah dingin seperti Bandung atau karena penyakit musiman pelajar rantau setiap mau mudik, saya tak tau yang mana. Yang pasti, malam itu saya sampai tidak bisa tidur.

Pukul setengah 2 tepat saya berangkat dari kos, dan jam 2 saya sampai di stasiun. Menunggu 60 menit hingga keberangkatan, membuat perut saya semakin senep nggak karuan. ‘Mak Tlisir...’ rasanya. Hingga kereta pun tiba, segera saya mencari gerbong dan tempat duduk yang sudah dipesan sebelumnya.

Setelah duduk, entah kenapa tiba-tiba saya merasa perjalanan pulang kali ini terasa istimewa, karena penuh dengan rasa syukur. Saya teringat beberapa kejadian, flashback moment, saat saya masih kecil.

Ya, saya masih ingat betul saat masih berada di sekolah dasar. Saya kerap berdoa agar kelak bisa sering merasakan naik kereta. Karena sebelumnya saya hanya pernah 2 kali perjalanan jauh menggunakan kendaraan ini, yaitu ketika momen pergi-pulang dr rumah Om Amin di Jakarta bersama fofi, mbah abah dan mbah um sekitar tahun 2000-an.
Nyatanya sekarang, hampir setiap bulan sekali saya naik kereta. Entah itu pulang, atau sekedar refreshing jalan-jalan. Alhamdulillah..

Saya juga masih teringat dengan jelas, dulu saat duduk di kelas 3 SD saya mengenal Semarang hanya melalui televisi. Saya pun berdoa, ingin mencoba merasakan hidup di Semarang yang terkenal dengan simpang lima, lawang sewu, dan 'kota lama'nya.
Dan sekarang saya malah bisa sekalian menimba ilmu di ibukota Jawa Tengah ini. Alhamdulillah..

Ternyata banyak hal-hal yang harus disyukuri didalam hidup. Hal sesederhana ini, menunjukkan betapa dahsyatnya kekuatan doa.

Segala sesuatu yang tidak mungkin, kalau Allah ingin, pasti akan menjadi mungkin.. 
Hari ini saya naik kereta lagi.. Betewe, kira2 tujuan akhir saya mau ke mana ya kali ini? hehe..


You Might Also Like

0 komentar