Indonesia Rumah Kita
03.09Akhir-akhir ini banyak sekali kasus terorisme yang bermunculan di Indonesia. Teror demi teror terjadi, masyarakat pun menjadi semakin resah dan merasa tidak aman. Teror tidak hanya terjadi di permukiman, tapi juga di tempat peribadahan bahkan kantor polisi. Ini menandakan bahwa pelaku teror sudah tidak memiliki batasan dalam memilih korban. Semua orang bisa menjadi tumbalnya, tanpa terkecuali. Dengan dalih menegakkan hukum agama Islam paling benar versi mereka, para teroris ini malah memilih menyebarkan permusuhan dan kekacauan. Padahal, bukankah agama adalah media untuk menyebarkan kebaikan serta kasih sayang di muka bumi?
Saya teringat oleh ceramah yang
disampaikan Said Aqil Siradj, selaku Ketua Umum PBNU dalam sebuah acara. Beliau
menceritakan tentang kejadian Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib yang menjadi Amirul
Mukminin ketika akan keluar mengimami Sholat Subuh malah dibunuh oleh
Abdurrahman bin Muljam. Yang membunuh bukan preman, penjahat maupun non-muslim,
tapi orang yang ahli puasa, ahli shalat malam dan hafal Qur’an. Alasannya? Dia
menyebutkan jika dalam Al Quran tertulis, “Barang siapa tidak menjalankan hukum
Allah maka kafir.” Menurut dia, Sayyidina Ali sudah kafir, karena jika akan
memutuskan masalah menggunakan cara musyawarah yang berarti menggunakan hukum
hasil manusia, bukan hukum Allah. Inilah bahayanya membaca Qur’an tapi tidak
faham substansi-substansinya. Ini pula yang menjadi awal mula
radikalisme/terorisme.
Pemikiran tersebut sama seperti apa yang
diungkapkan oleh para teroris. Mereka kerap kali mengutarakan, jika hukum yang
berlaku di Indonesia adalah thaghut. Padahal sudah disepakati oleh Ulama-ulama
terdahulu, yang tentunya lebih ‘alim dan berilmu dari para teroris ini, jika
NKRI adalah harga mati. Hubbul wathon minal iman, mencintai negara sebagian
dari iman. Kenapa? Jika kita kehilangan tanah air, maka kita akan kehilangan
tempat untuk beribadah dan menyebarkan kebaikan secara damai.
Indonesia adalah rumah kita. Mengutip
ucapan Nusron Wahid dalam salah satu episode ILC, “Kita ini orang
Indonesia yang beragama Islam, bukan orang Islam yang ada di
Indonesia”. Indonesia adalah tempat dimana kita lahir, tumbuh besar,
berkembang, belajar, beraktivitas dan menjalani hidup. Bahkan akan ada saatnya
nanti kita mati dan kembali ke pangkuan ibu pertiwi, di tanah Indonesia. Jika
Indonesia rusak, maka Islam pun hancur. Maka jika kita ingin menjalankan agama
Islam ataupun agama lain dengan damai serta sekaligus menyebarkan kebaikan di
muka bumi, maka kita harus mempertahankan dan memperjuangkan keutuhan NKRI,
bukan malah merusaknya. Sekali lagi, karena Indonesia adalah rumah kita.
0 komentar